INILAH PROVINSI PALING KESEPIAN DI INDONESIA 2025, D.I. YOGYAKARTA MENJADI URUTAN PERTAMA

Gunungkidul TV – Kesepian bukan hanya tentang ruang yang lengang atau jalan yang sepi. Ia juga bisa hadir di tengah keramaian, menyelinap di balik riuh aktivitas, bahkan tumbuh di tengah masyarakat yang padat. Fenomena ini kini semakin nyata di Indonesia. Survei terbaru Litbang Kompas pada Juni 2025 mengungkapkan, sejumlah provinsi di Tanah Air ternyata menghadapi persoalan serius tingginya angka kesepian emosional dan sosial di kalangan warganya.

Dan yang mengejutkan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang selama ini dikenal hangat, bersahabat, dan penuh dengan budaya kekeluargaan justru menempati peringkat teratas. Lebih dari 66 persen warganya mengaku kerap merasa kesepian. Angka ini berarti dua dari tiga penduduk DIY hidup dengan perasaan sunyi, meski berada di tengah kota pelajar yang selalu ramai oleh pendatang.

Di bawah DIY, ada Kalimantan Tengah dengan 44,06 persen penduduk yang mengalami kesepian, disusul Kalimantan Barat (36,15 persen), Lampung (33,54 persen), dan Sulawesi Selatan (28,6 persen). Data ini memberi gambaran bahwa kesepian bukan monopoli daerah perkotaan besar, melainkan juga melanda wilayah dengan karakteristik berbeda dari pusat budaya, pulau besar penuh hutan tropis, hingga provinsi maritim.

Mengapa Banyak yang Merasa Sepi?

Kesepian sosial dapat lahir dari berbagai sebab. Urbanisasi, pergeseran nilai kekeluargaan, kesenjangan digital, hingga meningkatnya individualisme menjadi faktor yang saling berkaitan. Di kota-kota besar, banyak orang hidup bersebelahan tetapi jarang saling mengenal. Sementara di wilayah kepulauan dan pedalaman, jarak geografis membuat interaksi sosial terbatas.

Fenomena ini memperlihatkan paradoks zaman modern ketika teknologi memudahkan komunikasi, justru semakin banyak orang yang merasa sendirian.

Dari Masalah Menjadi Kesempatan

Namun, di balik data yang tampak muram, tersimpan peluang untuk bergerak bersama. Kesepian bisa menjadi pintu refleksi bahwa manusia sejatinya makhluk sosial yang membutuhkan interaksi hangat. Program komunitas lokal, kegiatan berbasis budaya, hingga forum gotong royong bisa menjadi obat mujarab mengembalikan rasa kebersamaan.

Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya geliat sanggar seni, kegiatan mahasiswa, hingga komunitas relawan dapat menjadi ruang alternatif untuk saling terhubung. Di Kalimantan, penguatan ikatan sosial lewat tradisi lokal dan kegiatan bersama bisa menyalakan kembali api solidaritas.

Harapan di Tengah Sunyi

Kesepian adalah masalah yang nyata, tapi bukan tanpa solusi. Menyapa tetangga, bergabung dalam kegiatan komunitas, atau sekadar meluangkan waktu untuk bercakap dengan orang terdekat bisa menjadi langkah sederhana namun bermakna.

Indonesia, dengan segala keragaman dan semangat gotong royongnya, sejatinya memiliki modal sosial yang kuat untuk melawan rasa sunyi ini. Sebab pada akhirnya, seperti pepatah lama berkata berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Dengan saling peduli, kita bisa membuat negeri ini tidak hanya ramai oleh suara, tetapi juga hangat oleh rasa. (Red/Imuhar)

__Terbit pada
Agustus 27, 2025
__Kategori
News