JAGONGAN MUDA #20, GUNUNGKIDUL MENGINSPIRASI MENGAJAK GENERASI MUDA MAKSIMALKAN AI CERDAS DIGITAL DAN BIJAK BERETIKA

Gunungkidul TV – Akhir pekan di Wonosari, Sabtu (6/9/2025) terasa berbeda. Gedung Arjuna SMAN 1 Wonosari yang biasanya lengang, pagi itu riuh penuh energi anak muda. Sebanyak 66 pelajar dari berbagai SMA/SMK se-Kapanewon Wonosari berkumpul dalam forum inspiratif Jagongan Muda ke-20, sebuah ruang diskusi yang konsisten dihadirkan oleh Komunitas Gunungkidul Menginspirasi (GM).

Kali ini, suasana makin istimewa karena Jagongan Muda berkolaborasi dengan Padepokan ASA yang tengah merayakan 10 tahun kiprahnya, serta SMAN 1 Wonosari yang menjadi tuan rumah. Sejak pukul 08.00 pagi, para peserta sudah bersiap menyelami tema besar yang diangkat Cerdas Digital, Bijak Beretika.

Bicara AI, Bicara Masa Depan

Tema ini terasa begitu relevan. Di tengah derasnya arus teknologi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang kini masuk ke berbagai aspek kehidupan dari pendidikan, bisnis, hiburan, hingga gaya hidup anak muda dihadapkan pada pilihan menjadi sekadar pengguna pasif, atau justru pengendali perubahan.

Kepala SMAN 1 Wonosari, Tumisih, memberikan pesan yang membekas. “Jadilah anak muda yang ora gumunan, ora kagetan, lan ora mutungan. Dalam bermedia sosial, jangan hanya pintar secara digital, tapi juga harus bijak dalam beretika,” tegasnya.

Senada dengan itu, Kepala Ekamas Wonosari Gunungkidul menambahkan pentingnya keseimbangan antara kecerdasan digital dan spiritual. “Generasi muda Gunungkidul harus cerdas, bijak, dan kuat iman serta takwa. Dengan begitu, kita bisa membangun Gunungkidul yang hebat, berbudaya, dan siap bersaing mendunia,” ucapnya.

Belajar Lewat Diskusi Santai

Seperti edisi-edisi sebelumnya, Jagongan Muda bukanlah forum kaku. Suasana cair, penuh tawa, namun sarat makna. Obrolan ringan tentang AI berubah menjadi refleksi bersama: bagaimana generasi hari ini bisa memanfaatkan teknologi tanpa terjerat olehnya. Uniknya, acara dimulai dengan Forum Group Discussion (FGD). Para peserta dibagi dalam tujuh kelompok kecil, masing-masing beranggotakan 8–9 orang. Mereka diajak berdiskusi tentang pengalaman, pemahaman, dan pandangan mereka terhadap AI.

Ketua Komunitas GM, Pamungkas Ramadhanu, menekankan pentingnya ruang diskusi semacam ini. “Lewat kelompok kecil, peserta bisa saling berbagi: apakah sudah mengenal, sudah menggunakan, dan bagaimana pendapat mereka tentang AI saat ini,” jelasnya.

AI itu Alat atau Ancaman?

Untuk memperkaya wawasan, hadir pula Aditya Nugroho, Manajer Padepokan ASA, sebagai narasumber. Ia menjelaskan perjalanan AI dari masa ke masa, sekaligus membedah peluang dan tantangannya. “AI bukan manusia, tapi meniru cara berpikir manusia. Peluangnya banyak lahirnya pekerjaan baru di bidang data, robotika, desain AI, hingga solusi global. Namun tantangannya juga besar: hilangnya pekerjaan lama, terganggunya privasi, hingga etika yang kabur. Ingat, AI adalah alat, bukan pengganti manusia. Kita yang harus mengendalikan AI, bukan sebaliknya,” tegasnya.

Menurutnya, masa depan Gunungkidul akan cerah bila generasi mudanya mampu menggabungkan skill digital, etika budaya, dan perkembangan AI secara seimbang.

Menjadi Generasi AI Beretika

Di balik kesederhanaannya, Jagongan Muda #20 kembali membuktikan diri sebagai ruang belajar yang hidup dan bermakna. Bukan hanya soal teknologi, tapi juga bagaimana membangun kesadaran etika di era digital.

Harapannya, dari forum kecil ini lahir generasi muda Gunungkidul yang tidak sekadar melek digital, melainkan juga bijak menjaga etika. Sebuah bekal penting untuk menghadapi dunia yang terus bergerak cepat.

__Terbit pada
September 6, 2025
__Kategori
News