JANGAN TERTIPU TAMPILAN LUAR, KISAH DI BALIK SENYUM DAN LAYAR MEDIA SOSIAL

Gunungkidul TV – Di era media sosial, hidup sering kali tampak seperti sebuah panggung. Foto liburan, unggahan di kafe estetik, atau potret senja yang menenangkan, seakan-akan menggambarkan kehidupan yang selalu indah. Namun, di balik layar ponsel dan senyum yang terekam kamera, setiap orang memikul beban yang tak selalu terlihat.

Itulah yang dialami Rafi (29), seorang pemuda yang aktif berbagi potret keseharian di dunia maya. “Banyak yang bilang hidupku enak, sering jalan-jalan, terlihat santai. Padahal, kalau mereka tahu isi kepalaku, mungkin mereka tidak akan berkata begitu,” ujarnya sambil tersenyum tipis.

Potongan Hidup yang Terlihat Indah

Bagi sebagian orang, unggahan Rafi mungkin terlihat sempurna seperti perjalanan kerja keluar kota, secangkir kopi di kafe, hingga pemandangan alam yang memesona. Namun, Rafi mengaku itu hanyalah cuplikan kecil dari 24 jam kehidupannya. “Mereka tidak melihat malam-malamku yang penuh kegelisahan, atau pagi ketika aku bangun dengan dada sesak memikirkan beban,” katanya.

Fenomena ini bukan hanya dialami Rafi. Para ahli psikologi menyebutnya sebagai sosial media comparison trap jebakan membandingkan diri dengan apa yang terlihat di media sosial. Padahal, unggahan hanyalah potongan terpilih, bukan keseluruhan cerita hidup seseorang.

Pahit Manis Ujian Hidup

Kenyataan semakin menghantam Rafi ketika ia kehilangan pekerjaan setelah enam tahun mengabdi di sebuah perusahaan. PHK membuatnya terpuruk. Cicilan rumah berjalan, tabungan menipis, sementara sang ibu tengah sakit-sakitan. “Rasanya dunia runtuh. Aku mencoba melamar ke sana-sini, tapi tak ada panggilan,” kenangnya.

Dalam masa sulit itu, ia memilih mengurangi interaksi di media sosial. “Melihat kabar bahagia orang lain justru bikin aku semakin tertekan,” ujarnya. Namun justru dari keterpurukan itu, ia mulai menemukan makna lain tentang hidup. Ia mengingat pesan agama, bahwa kebahagiaan sejati bukan diukur dari harta atau tampilan luar, melainkan dari ketenangan hati.

“Benar kata Nabi ﷺ, kekayaan itu bukan banyaknya harta, tapi kaya hati,” ucap Rafi, mengutip sebuah hadis.

Belajar Tidak Membandingkan

Pelan-pelan, Rafi bangkit. Ia menerima pekerjaan lepas yang cukup untuk kebutuhan dasar. Di saat bersamaan, ia belajar bersyukur pada hal-hal sederhana segelas teh hangat, senyum ibunya, atau langit sore di belakang rumah. Ironisnya, justru ketika ia berhenti tampil sempurna di media sosial, banyak teman mendatanginya untuk berbagi kisah. Seorang teman lama bahkan curhat baru saja bercerai. “Saat itu aku sadar, tidak ada hidup yang benar-benar tanpa ujian. Bedanya hanya apa yang Allah tampakkan, dan apa yang Dia simpan,” ungkapnya.

Hidup Bukan untuk Ditonton

Kisah Rafi mengingatkan kita bahwa kehidupan sejatinya bukanlah perlombaan siapa yang tampak lebih bahagia di layar gawai. Hidup adalah tentang menjalani proses dengan jujur, sabar, dan syukur. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan: “Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan.” (QS. Adh-Dhuha: 4). Ayat ini menjadi pengingat bahwa masa depan bisa saja lebih indah dari apa yang kita alami sekarang, selama kita tetap berpegang pada kesabaran. “Sekarang aku tidak lagi mengejar penilaian orang. Kalau bahagia, aku syukuri. Kalau sedih, aku izinkan diriku menangis. Hidup ini bukan untuk ditonton, tapi untuk dijalani,” kata Rafi menutup perbincangan.

Pelajaran untuk Kita Semua

Fenomena “tertipu tampilan luar” seakan menjadi cermin bagi banyak orang di era digital. Di balik senyum di layar, setiap orang punya cerita, luka, bahkan perjuangan yang tidak diunggah. Kisah Rafi mengajarkan, jangan mudah iri pada kilau hidup orang lain, karena bisa jadi apa yang tampak hanyalah potongan dari perjuangan panjang yang tidak kita lihat. Seperti pesan Nabi ﷺ: “Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148).

Dan mungkin, kebahagiaan sejati justru hadir saat kita berhenti membandingkan, lalu fokus menjalani hidup apa adanya.

Ditulis oleh: Taufan Hidayat disunting oleh Redaksi Media Gunungkidul TV 

__Terbit pada
Agustus 21, 2025
__Kategori
Ragam