
KETIKA HATI DIMINTA UNTUK TENANG DAN PIKIRAN YANG LAPANG
Gunungkidul TV – Ada satu doa yang sederhana namun dalam maknanya meminta hati yang tenang dan pikiran yang lapang. Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan kunci untuk menghadapi putaran hidup yang tak selalu sesuai dengan keinginan kita.
Hidup pada kenyataannya adalah campuran rasa kadang manis, kadang getir. Ada waktu kita disapa nikmat yang melimpah, ada pula masa di mana ujian datang silih berganti. Namun sebagaimana pepatah lama, tenang bukan berarti tanpa ombak, tetapi kemampuan untuk tetap berlayar meski gelombang mengguncang.
Syukur dan Sabar, Dua Sayap Kehidupan
Al-Qur’an dan hadits menegaskan betapa syukur dan sabar adalah jalan menuju ketenangan. Syukur membuat kita sadar, bahwa nikmat sekecil apapun adalah pemberian Allah. Sementara sabar menjadikan hati lapang meski musibah mengetuk. Dua hal ini ibarat sepasang sayap yang membawa seorang mukmin terbang menuju ridha Allah.
Tak mengherankan bila Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa apa pun yang menimpa seorang mukmin selalu baik: ketika diberi kesenangan ia bersyukur, dan ketika diuji ia bersabar. Dalam kacamata iman, bahkan duri kecil yang menusuk kaki pun adalah penghapus dosa, bukan sekadar rasa sakit.
Ujian Itu Bukan Hukuman, tapi Perhatian
Banyak orang salah paham pada ujian. Mereka melihatnya sebagai hukuman, padahal justru tanda perhatian. Hadits Rasulullah ﷺ menyebutkan: ketika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Bukan untuk melemahkan, melainkan untuk menguatkan. Seperti besi yang ditempa api, ujian adalah jalan menuju kualitas diri yang lebih baik.
Jalan Menuju Ketenangan
Namun, ketenangan hati tidak jatuh dari langit begitu saja. Ia lahir dari kebiasaan sederhana namun konsisten: berzikir, shalat, membaca Al-Qur’an, dan merenungi makna setiap peristiwa. Allah SWT sudah mengingatkan “Alaa bidzikrillahi tathma’innul quluub” yang artinya dalam bahasa Indonesia hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
Doa yang meminta hati tenang dan pikiran lapang sejatinya bukan permintaan agar hidup bebas dari masalah. Melainkan permohonan agar kita diberi kemampuan untuk tetap tegak, apapun badai yang datang.
Menutup dengan Senyum
Pada akhirnya, hidup ini memang teka-teki. Apa yang kita cintai belum tentu baik bagi kita, dan apa yang kita benci bisa jadi itulah kebaikan yang terselubung. Allah mengetahui, sementara manusia hanya menduga. Di situlah letak hiburnya, kita tidak diminta mengendalikan semua hal, cukup menjaga hati tetap tenang, pikiran tetap lapang, dan lisan tetap basah dengan syukur. Karena dengan itulah, setiap ujian terasa lebih ringan, setiap nikmat terasa lebih indah.
Jadi, jika hari ini hidup terasa melelahkan, barangkali yang kita butuhkan bukan jawaban instan, melainkan doa sederhana: “Ya Allah, berikanlah aku hati yang tenang dan pikiran yang lapang.”
Ditulis oleh: Taufan Hidayat