
MENYEMAI KASIH DI USIA SENJA, MUHAMMADIYAH GUNUNGKIDUL BANGUN TAMAN LANSIA ALBHA
Gunungkidul TV – Di bawah langit biru Gunungkidul yang cerah pada Sabtu pagi, (19/08/2025) suara takbir dan harapan menyatu di tanah wakaf seluas 1.321 meter persegi di Padukuhan Seneng, Kalurahan Siraman, Kapanewon Wonosari. Di atas tanah yang dulunya sunyi, kini terukir sejarah baru: peletakan batu pertama pembangunan Taman Lansia Muhammadiyah Albha.
Bukan taman biasa, ini adalah ruang cinta dan pengabdian. Sebuah inisiatif dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gunungkidul untuk merawat dan memuliakan mereka yang telah berjasa besar: para lansia. H. Muhammad Fajar Nugroho, Ketua Panitia Pembangunan, berdiri tegap menyampaikan visi besar di balik proyek yang diperkirakan menelan biaya Rp 2 miliar ini. Bagi Muhammadiyah, taman ini bukan sekadar bangunan atau program kerja. Ia adalah cermin peradaban. “Kami ingin lansia tidak hanya sehat dan bahagia, tapi juga tetap merasa berguna dan dihargai. Taman ini akan menjadi pusat pembinaan, pendidikan, dan layanan spiritual bagi mereka yang berada di penghujung usia,“ tuturnya.
Lebih jauh, taman ini akan menyediakan program husnul khatimah, pelatihan keterampilan, hingga layanan penitipan lansia yang berlandaskan kasih dan kepedulian. Fajar meyakini, keberadaan taman ini akan menjadi kontribusi nyata dalam pelayanan prima bagi lansia di Gunungkidul.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gunungkidul, Sadmonodadi, pun menegaskan bahwa taman ini bukan panti jompo. “Taman ini tidak dirancang untuk menginap,” jelasnya. “Tapi sebagai tempat aktivitas harian—mulai dari makan bergizi, kegiatan produktif, hingga pembekalan spiritual bagi jamaah haji lansia.”
Lebih dari itu, taman ini menjadi jawaban atas kebutuhan akan ruang ramah usia di tengah masyarakat yang semakin kompleks.
Kehadiran Wakil Bupati Gunungkidul, Drs. Joko Parwoto, dalam seremoni tersebut menambah makna tersendiri. Ia menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh atas inisiatif Muhammadiyah. “Taman ini adalah bukti nyata cinta dan penghormatan kita kepada para sesepuh,” ujarnya. “Mereka bukan beban, tapi penjaga nilai-nilai yang membentuk kita saat ini.”
Joko mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan taman ini. Gotong royong, katanya, adalah semangat yang perlu terus hidup, terlebih dalam proyek sosial yang sarat makna seperti ini. “Kita ingin taman ini bukan hanya selesai dibangun, tapi hidup sebagai ruang harapan dan kebahagiaan lansia. Semoga ini jadi teladan bagi daerah lain,” imbuhnya.
Kini, batu pertama telah diletakkan. Harapan telah ditanam. Di tanah wakaf yang penuh berkah itu, Muhammadiyah Gunungkidul sedang membangun bukan hanya taman, tapi juga peradaban—yang memuliakan masa tua, menebar kasih, dan mengajarkan bahwa di usia senja pun, manusia tetap berhak untuk bermartabat dan bahagia. (Red)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.