Gunungkidul TV – Di tepian Sendang Beji yang jernih, aroma dupa dan suara gamelan berpadu mengiringi langkah warga menuju pusat perhelatan. Hari itu, Padukuhan Kembang Logantung, Kalurahan Sumberejo, Kapanewon Semin, larut dalam kemeriahan tradisi Bersih Dusun atau Rasulan. Sebuah momen tahunan yang lahir dari rasa syukur atas panen melimpah, sekaligus jembatan rindu yang mempertemukan warga setempat dan perantau.

Warto, Ketua Panitia Bersih Dusun, menjelaskan bahwa tradisi ini sepenuhnya digelar dengan semangat swadaya. “Selain sebagai ungkapan syukur, ini juga ajang temu kangen warga yang merantau. Malam ini, panggung akan dihidupkan oleh Campursari Guntur Madu bersama bintang tamu seperti Dhimas Tejo, Uut Salsabila Mboke Ganden, dan Bagong Glondor,” tuturnya, menandai bahwa kebudayaan dan hiburan bisa berjalan seiring.

Dalam sambutannya, Wabup Joko Parwoto menggarisbawahi bahwa merti dusun bukan hanya ritual tahunan, melainkan warisan luhur yang menyatukan manusia, alam, dan Sang Pencipta. “Tradisi seperti ini memiliki tujuan mulia: menjaga harmoni, menumbuhkan persatuan, dan mengokohkan gotong royong. Masyarakat yang rukun akan lebih kuat menghadapi tantangan dan membangun kehidupan yang tenteram,” ucapnya penuh keyakinan.

Ia pun berdoa agar seluruh niat baik masyarakat Kembang Logantung selalu diberkahi, dijauhkan dari marabahaya, dan diberi kelancaran dalam setiap langkah. Di penghujung sambutan, Wabup memohon restu untuk dapat memimpin Gunungkidul dengan adil dan bijaksana, serta menegaskan bahwa kesejahteraan rakyat adalah tujuan utamanya.

Malam pun semakin hidup. Tawa penonton berbaur dengan alunan musik, sementara sinar lampu panggung memantul di permukaan air sendang, seakan turut merayakan rasa syukur yang meluap di hati warga. Rasulan Kembang Logantung kembali membuktikan bahwa tradisi bukan sekadar kenangan masa lalu, melainkan denyut kehidupan yang terus mempersatukan generasi. (Red/Imuhar)