PEMANFAATAN TEKNOLOGI CUACA UNTUK TANI GUNUNGKIDUL PRESISI: MAHASISWA IPB PASANG AWS DI KEDUNGPOH

Gunungkidul TV – Suasana Ahad pagi (20/07/2025) di Padukuhan Kedungpoh Kidul, Kelurahan Kedungpoh, terasa berbeda dari biasanya. Sejak pukul delapan pagi, sekelompok mahasiswa dari IPB University sibuk melakukan pemasangan alat canggih bernama Automatic Weather Station (AWS) di area Lumbung Mataraman.

Di tengah hamparan sawah dan semilir angin pedesaan, alat ini menjadi simbol perjumpaan antara pertanian tradisional dan teknologi modern. Pemasangan AWS ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata Tematik Inovasi (KKN-T Inovasi) IPB University tahun 2025 yang bertajuk Empowering Agromaritime Society for Socio-Economic Resilience. Program ini dirancang untuk menghadirkan solusi inovatif berbasis data bagi masyarakat desa, khususnya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

AWS yang dipasang memiliki kemampuan merekam dan menyimpan data penting seperti suhu udara, kelembaban, curah hujan, intensitas cahaya matahari, serta arah dan kecepatan angin. Data ini tak hanya disimpan, tetapi juga disalurkan secara daring dan real-time melalui platform Sinaubumi, mitra penyedia server yang bekerja sama dengan tim mahasiswa. “Dengan data ini, masyarakat bisa memantau prakiraan cuaca harian hingga sepuluh hari ke depan. Ini sangat membantu untuk pertanian presisi,” ungkap Muchayat Aziz Syahputra, salah satu mahasiswa IPB University yang tergabung dalam tim KKN-T.

Setelah proses pemasangan, kegiatan berlanjut dengan sosialisasi dan pelatihan pemanfaatan data cuaca yang diadakan di Balai Dusun Kedungpoh Kidul. Sekitar 50 orang warga hadir, termasuk Ketua Badan Permusyawaratan Kalurahan (Bamuskal), Kepala Padukuhan (Dukuh) se-Kelurahan Kedungpoh, dan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT). Suasana terlihat hangat dan penuh semangat.

Menurut Aziz, pelatihan dilakukan secara interaktif. Warga dikenalkan pada berbagai komponen AWS, cara membaca dan menginterpretasikan data, hingga bagaimana memanfaatkannya untuk menentukan waktu tanam, menyusun strategi irigasi, hingga mengantisipasi potensi gagal panen akibat cuaca ekstrem.

Suasana sosialisasi sempat mencair ketika Prapto Sediyono, Ketua Bamuskal, melontarkan candaan tentang data prakiraan cuaca. “Dari data ramalan, tanggal 27 itu hujan ya, awas kalau salah ya,” ucapnya yang langsung disambut tawa riuh para peserta.

Tim mahasiswa menanggapi gurauan tersebut dengan penjelasan yang membumi. Mereka menyampaikan bahwa akurasi prediksi akan meningkat setelah data dikumpulkan secara konsisten dalam jangka waktu tiga bulan hingga satu tahun.

Suyadi, Ketua RW 001 sekaligus Ketua Kelompok Tani, menyambut baik inisiatif ini. Ia berharap pemasangan AWS ini menjadi awal dari inovasi pertanian berkelanjutan di wilayah mereka. “Kami ingin teknologi ini terus dimanfaatkan, bahkan bisa dikembangkan menjadi sistem peringatan dini terhadap hama tanaman,” tuturnya penuh harap.

Pemasangan dan sosialisasi AWS ini membuktikan bahwa kolaborasi antara akademisi dan masyarakat desa bisa menciptakan solusi konkret yang berdampak langsung. Di tengah tantangan perubahan iklim, hadirnya data yang akurat menjadi kekuatan baru bagi petani untuk tetap produktif dan tangguh. (Red)

__Terbit pada
Juli 21, 2025
__Kategori
News