
PUNCAK FESTIVAL LITERASI GUNUNGKIDUL 2025, BUPATI: SAATNYA PERPUSTAKAAN MENJADI PUSAT KEHIDUPAN MASYARAKAT
Gunungkidul TV – Suasana Perpustakaan Daerah Gunungkidul, Selasa (23/9/2025), terasa berbeda. Aula yang biasanya hening berubah ramai oleh gelar wicara bertajuk Peran Perpustakaan dalam Menginspirasi Perubahan melalui Literasi untuk Kesejahteraan. Inilah puncak Festival Literasi Gunungkidul 2025, penutup manis dari rangkaian acara empat hari yang penuh inspirasi.
Tak lagi sekadar ruang sunyi untuk membaca dan meminjam buku, perpustakaan kini tampil sebagai rumah besar tempat masyarakat berkreasi, belajar, hingga menggerakkan ekonomi. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Gunungkidul dengan bangga menyebut, transformasi ini nyata terasa di kalurahan-kalurahan. “Kalau perpustakaan hanya untuk baca dan pinjam, lama-lama jadi seperti museum. Maka kita geser fungsinya, menjadi pusat kegiatan masyarakat. Ada yang untuk kewirausahaan, edukasi digital, sampai senam dan latihan seni,” tuturnya.
Data menunjukkan, dari 144 kalurahan di Gunungkidul, sudah 62 di antaranya berhasil membangun perpustakaan berbasis inklusi sosial. Ada ibu-ibu PKK yang mengolah camilan lokal, anak muda yang mengajar les, hingga kelompok yang mengembangkan ekonomi kreatif. Perpustakaan menjadi ruang perjumpaan yang hidup.
Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, yang hadir langsung dalam acara penutupan, menyampaikan optimisme besar. “Perpustakaan kini menjadi ruang belajar sepanjang hayat dan kolaborasi masyarakat. Tahun ini, kita patut bangga karena Perpustakaan Melati Kalurahan Patuk berhasil mewakili DIY dalam Lomba Perpustakaan Kalurahan Terbaik Nasional,” ujarnya.
Endah menekankan, gerakan literasi bukan pekerjaan satu pihak saja. Pemerintah, sekolah, keluarga, komunitas, bahkan pelaku usaha harus bergerak bersama. “Saya percaya, dengan gotong royong kita bisa wujudkan Gunungkidul sebagai Kabupaten Literasi yang berdaya saing dan sejahtera,” tegasnya.
Semangat itu juga diperkuat oleh Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Nasional, Adin Bondar. Baginya, literasi adalah investasi terbesar suatu bangsa. “Kunci negara maju adalah kualitas SDM, dan itu hanya bisa dicapai lewat budaya baca dan kecakapan literasi. Literasi bukan sekadar membaca dan menulis, tapi kemampuan berpikir kritis, menganalisis, menilai, hingga mencipta,” katanya.
Adin mengingatkan bahwa tantangan era digital dan banjir informasi palsu bisa menjerumuskan generasi muda pada brain rot. Karena itu, budaya membaca harus ditanamkan sejak dini. “Bahkan sejak 1.000 hari pertama kehidupan, orang tua perlu membacakan nyaring, memperlihatkan gambar, dan membiasakan anak dekat dengan buku,” imbuhnya.
Sebagai bentuk nyata dukungan, Perpustakaan Nasional RI terus menyalurkan program ke daerah. Gunungkidul mendapat tiga mobil perpustakaan keliling, pojok baca digital dengan smart TV dan internet, hingga 101 ribu buku bermutu untuk desa-desa. Tahun ini juga dibentuk 180 relawan literasi di seluruh Indonesia, termasuk Gunungkidul.
Tak berhenti di situ, Perpusnas menerbitkan 25 komik anak dari naskah kuno, serta memperluas ruang baca hingga ke rumah ibadah melalui kolaborasi dengan Kementerian Desa. “Perpustakaan hadir demi martabat bangsa, dan transformasi berbasis inklusi sosial adalah jalan nyata meningkatkan kesejahteraan,” pungkas Adin.
Festival Literasi Gunungkidul 2025 juga memberi panggung bagi talenta muda. Sejumlah siswa berhasil menyabet prestasi: Liona Zahwatul Khanza dari SD Sidorejo Semin juara 1 lomba bertutur, Dwi Yuliana Sari dari SMPN 3 Ponjong juara 1 lomba resensi, dan Probo Dwi Atmono dari SDN Candibari I Karangmojo juara 1 lomba video konten literasi. Di penghujung acara, tepuk tangan meriah menggema. Festival usai, tapi gaung literasi tetap bergema. Gunungkidul seolah menegaskan, buku dan perpustakaan bukan lagi sekadar simbol pengetahuan, melainkan denyut kehidupan baru yang memberi cahaya bagi masa depan. (Red)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.