
TRADISI MENJADI INOVASI, TRIK PENGEMBANGAN UMKM GUNUNGKIDUL ALA SEGO BERKAT BU TIWI TAN TLOGO
Gunungkidul TV – Tradisi sering kali dipandang sebagai sesuatu yang kuno, statis, dan terjebak di masa lalu. Namun, siapa sangka, tradisi justru bisa menjadi sumber inspirasi inovasi yang relevan di tengah arus modernitas. Kisah lahirnya Sego Berkat Bu Tiwi Tan Tlogo menjadi bukti nyata bagaimana kearifan lokal dapat diolah menjadi produk yang bukan hanya bertahan, tetapi juga dicintai masyarakat luas.
Sego berkat lahir pada 2014, dua tahun setelah Rumah Makan Bu Tiwi Tan Tlogo berdiri. Berawal dari keinginan sederhana: mengangkat makanan tradisional khas dengan harga yang ekonomis. Nasi, oseng tempe, mie, suwiran daging sapi, hingga taburan srundeng kelapa, dibungkus rapi dalam daun jati. Tidak sekadar sajian kuliner, sego berkat adalah cerita tentang kebersamaan, tentang tradisi masyarakat yang dulu selalu membagi “berkatan” sebagai wujud syukur dalam setiap hajatan.
Di sinilah letak kekuatan inovasi: cerita di balik produk. Generasi muda mungkin mudah tergoda oleh variasi makanan asing yang tampil modern dan instan. Namun, ketika sebuah produk lokal membawa identitas, rasa, dan kisah yang membangkitkan memori kolektif, ia memiliki nilai yang jauh lebih mendalam.
Tantangan tentu ada. Persaingan dengan produk global menuntut kreativitas tanpa henti. Branding dan pemasaran tidak bisa lagi hanya mengandalkan cerita panjang, tetapi perlu dikemas singkat, menarik, dan konsisten. Media sosial seperti Instagram, TikTok, hingga YouTube menjadi panggung baru bagi UMKM. Bahkan, peluang kolaborasi dengan film atau drama series bisa membuka jalan lebih luas bagi produk lokal untuk dikenal secara elegan dan berkesan.
Namun, satu hal yang tak boleh dilupakan: konsistensi menjaga mutu dan kualitas. Sebagus apa pun narasi yang dibangun, tanpa kepercayaan konsumen, semua akan runtuh. Inilah PR besar bagi pelaku UMKM, termasuk kami, untuk terus merawat standar produk sesuai dengan janji yang kami bawa.
Sego berkat hanyalah salah satu contoh kecil. Jika tradisi bisa diolah dengan imajinasi, maka setiap daerah punya kesempatan untuk melahirkan inovasi baru yang lahir dari akar budayanya sendiri. Kita tidak harus menolak modernitas, tetapi kita juga tidak boleh kehilangan jati diri.
Tradisi bukan penghalang. Tradisi adalah ladang ide. Tinggal bagaimana kita, pelaku usaha, masyarakat, dan pemerintah, mau bekerja sama untuk mengangkatnya menjadi kebanggaan bersama. Karena pada akhirnya, inovasi yang bertahan lama adalah inovasi yang punya akar dan akar itu bernama tradisi.
Disampaikan oleh: Sunyata (Owner Sego Berkat Bu Tiwi Tan Tlogo & RM Bu Tiwi Tan Tlogo)