
TREN GANTUNG DIRI DI GUNUNGKIDUL, 13 NYAWA MELAYANG PERCUMA DALAM TUJUH BULAN PERTAMA TAHUN 2025
Gunungkidul TV – Langit biru dan perbukitan kapur yang membentang indah di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, tak mampu menutupi kabar duka yang kembali menyelimuti wilayah ini. Dalam rentang waktu tujuh bulan pertama tahun 2025, tercatat 13 kasus gantung diri terjadi di berbagai wilayah di kabupaten yang dikenal dengan julukan Negeri Seribu Bukit ini.
Peristiwa-peristiwa tragis tersebut menyasar beragam kelompok usia dan latar belakang. Mulai dari pemuda, kepala keluarga, hingga lansia semuanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, tetangga, dan komunitas setempat.
Beragam Lokasi, Satu Tren yang Berulang
Dari penelusuran redaksi berdasarkan laporan media dan keterangan resmi dari kepolisian, kasus-kasus tersebut tersebar di sejumlah kapanewon (kecamatan), diantaranya:
- Kapanewon Playen, menjadi lokasi beberapa kasus, termasuk seorang pemuda yang ditemukan gantung diri di dalam kamar rumahnya pada Februari 2025.
- Girisubo, di mana seorang kepala sekolah nekat mengakhiri hidupnya di tebing Pantai Ngungap pada Juni 2025.
- Tanjungsari, menyumbang dua kasus pada Juli, termasuk seorang perempuan lanjut usia yang ditemukan di rumahnya.
- Paliyan, Ponjong, dan beberapa kapanewon lainnya juga turut mencatat insiden serupa sepanjang tahun ini.
Banyak dari kejadian tersebut terjadi di tempat-tempat yang terkesan akrab: rumah pribadi, kebun belakang, bahkan area publik seperti kantin sekolah. Lokasi yang sebelumnya menjadi bagian dari rutinitas, berubah menjadi saksi bisu peristiwa tragis.
Tanpa Riwayat Penyakit, Namun Sarat Tekanan Psikologis
Polres Gunungkidul dan Puskesmas setempat dalam banyak kasus mencatat bahwa sebagian besar korban tidak menunjukkan tanda kekerasan fisik, dan sebagian besar dinyatakan murni gantung diri. Beberapa korban bahkan tidak memiliki riwayat penyakit serius. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar: apa yang sebenarnya terjadi di balik keputusan fatal itu.
Beberapa ahli menduga, tekanan ekonomi, kesepian, masalah keluarga, dan minimnya akses terhadap layanan kesehatan mental masih menjadi faktor dominan. Meski belum semua motif terungkap, pola ini telah menjadi perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah daerah dan aktivis sosial.
Angka yang Konsisten, Sorotan yang Meningkat
Tren gantung diri di Gunungkidul bukanlah hal baru. Pada tahun-tahun sebelumnya, jumlahnya juga mencengangkan:
- 2023: 29 kasus
- 2024: 24–26 kasus
- 2025 (hingga Bulan Juli): 13 kasus
Jika tren ini berlanjut, Kabupaten Gunungkidul dikhawatirkan akan kembali mencatatkan angka yang tinggi hingga akhir tahun. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sendiri telah menggandeng berbagai pihak, termasuk lembaga kesehatan mental dan tokoh masyarakat, untuk merespons isu ini secara serius.
Langkah ke Depan: Perlu Gerakan Bersama
Lebih dari sekadar angka, setiap kasus merupakan tragedi kemanusiaan yang meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan komunitas. Diperlukan pendekatan lintas sektor dari edukasi mental health di tingkat keluarga, penguatan fungsi sosial di masyarakat, hingga peningkatan akses layanan konseling di puskesmas dan sekolah. Pemerintah dan warga Gunungkidul harus terus bergandengan tangan agar tidak ada lagi yang merasa bahwa satu-satunya jalan keluar adalah mengakhiri hidup.
Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami tekanan psikologis, jangan ragu mencari bantuan. Konsultasi ke tenaga profesional, berbicara dengan keluarga secara humanis, atau menghubungi layanan pendampingan bisa menjadi langkah awal untuk keluar dari gelap. Anda tidak sendirian lho luur.