BUKAAN CUPU PANJALA 2025, WAKIL BUPATI: MENGISYARATKAN PERTANDA TENTANG AIR, KEPEMIMPINAN, DAN HARAPAN GUNUNGKIDUL

Gunungkidul TV – Malam Selasa Kliwon, 29 September 2025 Ribuan pasang mata kembali tertuju ke Mendak, Girisekar, Panggang. Tradisi pembukaan Singep Cupu Kyai Panjala yang telah berlangsung turun-temurun ini bukan sekadar ritual budaya, melainkan juga ’cermin’ bagi masyarakat Gunungkidul untuk membaca pertanda zaman.

Tahun ini, prosesi 2025 menghadirkan ragam simbol yang sarat makna mulai dari kain basah hingga tokoh wayang yang dipercaya mengisyaratkan dinamika sosial, ekonomi, politik, dan alam di wilayah selatan Jawa ini.

Gb. Endah Subekti Kuntariningsih (Bupati Gunungkidul) Saat Menghadiri Bukaan Cupu Panjala 2025
Gb. Endah Subekti Kuntariningsih (Bupati Gunungkidul) Saat Menghadiri Bukaan Cupu Panjala 2025

Air: Rezeki dan Ujian bagi Tanah Karst

Empat lembar kain (singep) yang ditemukan dalam kondisi basah menjadi sorotan utama. Dalam tafsir masyarakat, kondisi ini menandai datangnya musim penghujan lebih awal dan intensitas curah hujan yang tinggi. Di satu sisi, pertanda ini membawa harapan: ketersediaan air tanah yang lebih melimpah setelah kemarau panjang kebutuhan vital bagi sektor pertanian dan pemenuhan air bersih. Namun di sisi lain, warga diingatkan untuk waspada terhadap potensi banjir dan longsor yang kerap mengintai kawasan karst Gunungkidul.

Simbol tikus dan gurem yang ikut muncul juga dipahami sebagai peringatan tentang potensi hama pertanian atau penyakit musiman yang kerap datang bersamaan dengan musim hujan.

Simbol Sosial-Politik: Dualisme dan Arah Kebijakan

Gambar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera menjadi indikasi bahwa isu-isu Gunungkidul akan terkait erat dengan dinamika nasional mulai dari kebijakan pembangunan antarpulau, arus perdagangan, hingga migrasi.

Lebih menarik lagi, simbol ’sirah loro madep ngetan, mangap singulon ngrokok’ (dua kepala berlawanan arah, satu merokok) terbaca sebagai lambang perpecahan opini yang disertai dengan kritik tajam. Sementara itu, munculnya gambar babi yang menghadap ke timur sering diartikan sebagai peringatan akan pelanggaran moral, praktik korupsi, atau perilaku menyimpang yang mengarah ke pusat kekuasaan.

Simbol layangan berekor dan anak menunggangi hewan pun ikut memberi warna: ada optimisme pertumbuhan ekonomi dan mobilitas, tetapi proyek-proyek besar masih membutuhkan dukungan dan pengelolaan yang matang.

Spiritualitas dan Kepemimpinan: Kembali ke Akar Budaya

Deretan tokoh wayang seperti Semar, Narodo, dan Petruk mengingatkan masyarakat bahwa kearifan, nasihat bijak, dan integritas moral pemimpin menjadi kunci untuk menengahi konflik. Semar yang menghadap ke utara (arah luhur) seolah menegaskan pentingnya arah kepemimpinan yang jernih dan bermartabat.

Tak kalah penting, simbol orang rukuk sholat dan tulisan Arab ’Alif’ menunjukkan masyarakat akan kembali mencari pegangan spiritual sebagai penawar ketidakpastian sosial. Di sisi lain, gambar kepala pria berikat dan Wayang Petruk menegaskan bahwa identitas budaya Jawa tetap menjadi tumpuan penting di tengah tantangan global.

Gb. Joko Parwoto (Wabup Gunungkidul) Saat Diskusi Kadis Kebudayaan Saat Bukaan Cupu Panjala 2025
Gb. Joko Parwoto (Wabup Gunungkidul) Saat Diskusi Bersama Kepala Dinas Kebudayaan Saat Bukaan Cupu Panjala 2025

Kesimpulan: Tahun Kewaspadaan dan Kebijaksanaan

Membaca pertanda Cupu Kyai Panjala 2025, masyarakat Gunungkidul seperti diajak bercermin, tahun ini akan diwarnai berkah air sekaligus potensi bencana hidrometeorologi. Dalam ranah sosial dan politik, simbol-simbol mengisyaratkan adanya polaritas opini dan tantangan moral bagi para pemangku kebijakan. Arah perhatian utama mengarah ke Timur dan Selatan mengingatkan pentingnya kebijakan regional yang berpihak pada masyarakat.

Namun di balik semua itu, pesan paling kuat datang dari simbol Semar hanya dengan kebijaksanaan, kearifan lokal, dan kekuatan spiritual masyarakat dapat menghadapi gejolak yang datang. Tradisi tua ini tidak sekadar menampilkan pusaka, melainkan juga menyalakan kembali kesadaran kolektif akan arah masa depan Gunungkidul.

Ditulis oleh: Joko Parwoto (Wakil Bupati Gunungkidul) diedit oleh Redaksi Gunungkidul TV

__Terbit pada
September 30, 2025
__Kategori
Ragam