CARA GENERASI MAJU MENCERMATI MASA LALU
Gunungkidul TV – Saya belum mencermati secara dalam, mengapa dalam Al Quran ada demikian banyak ayat dan surat yang diawali dengan dua kata “demi masa”. Saya tahu di kitab suci lainnya juga demikian meskipun bahkan saya tidak menghitung perbandingan jumlahnya.
Untuk lebih akrabnya dengan kita, sebut saja kata lain dari “masa” adalah “waktu”. Bagi sebagian besar umumnya kita, merasa kesulitan memaknai apa yang disebut “waktu” secara kebahasaan yang rinci, tetapi secara sederhana, dapat dikatakan bahwa “waktu” adalah sebuah ruang tak berwujud; tempat manusia menempati perjalanan kegiatan hidupnya dengan sekat-sekat batasan dalam hitungan detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, tahun, windu, abad dan seterusnya. Pada ruang waktu, manusia menjalankan aktifitasnya, dan jika aktifitas tersebut dilakukan di masa lalu, biasanya disebut sejarah.
Semakin banyak dan beragam manusia menjalani aktiftas hidupnya, dalam mengisi ruang waktu, semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuan yang mereka dapatkan. Semakin banyak mereka menggunakan berbagai peristiwa dalam waktu hidup sebagai pembelajaran untuk mengoreksi keputusan atas aktifitas yang mereka jalani, besar kemungkinannya semakin terjaga pola hidup mereka dalam lintasan keseimbangan yang aman dan nyaman. Dan kebalikannya berakibat sebaliknya pula. Dalam hal ini, ruang waktu seperti lembar-lembar catatan berbagai peristiwa yang telah terjalani sebagai sejarah, sebagai kenyataan hari ini dan sebagai perencanaan di masa datang.
Ruang waktu pada dasarnya berhenti, tetapi aktifitas manusialah yang membuat ruang waktu tersebut seolah berjalan mengiringi usia manusia di dunia. Semakin cepat dan padat manusia menjalankan aktifitas di ruang waktu hidup mereka, semakin terasa cepat pula waktu bergerak maju. Dan kebalikannya berakibat sebaliknya pula. Gejala lainnya, adalah semakin manusia berfokus pada masa lalu, maka semakin terasa waktu tidak saja berhenti, tetapi membawa manusia pada ruang waktu yang serasa mundur, lalu tidak akan muncul berbagai hal baru yang menandai sebagai ruang waktu yang maju.
Memahami makna ruang waktu dalam kaitannya dengan pergerakan aktifitas manusia, kita sering dengar ada istilah generasi mundur dan generasi maju. Generasi mundur menggunakan berbagai peristiwa masa lalu sebagai dasar pijakan keputusan aktifitas masa sekarang untuk kembali pada situasi dan kondisi masa lampau. Tetapi sebaliknya, generasi maju berfokus pada berbagai kemungkinan dan harapan yang dinyatakan dengan perencanaan. Sejarah, sekedar sebagai pijakan keputusan aktifitas masa sekarang dan masa depan dengan perbaikan, penyesuaian dan penambahan. Dengan situasi yang terkait di sekitarnya, lagi-lagi “waktu” selalu menjadi penentu apakah sebuah generasi melakukan aktifitas yang mundur atau maju, sekaligus akan menjadi penentu mereka dapat disebut generasi mundur, generasi batu stagnan) atau generasi maju.
Setelah melewati serangkaian ruang waktu di masa lalu, generasi maju menjadikan sejarah sekedar sebagai standar teori untuk mengarahkan tindakan sekarang dan di masa depan. Berikutnya menyingkirkan berbagai daya negative yang muncul pada saat peristiwa tersebut terjadi; kemarahan, ketakutan, kesedihan dan seterusnya. Generasi maju mencoba menemukan kebalikan dari berbagai daya negative tersebut dan melihat semua kemungkinan yang lebih baik di masa depan dengan menghimpun suasana damai, kesabaran, keberanian, kegembiraan, kuatnya harapan dan semua energi positif lainnya. Dalam sebuah komunitas, dalam sebuah kampanye, dalam sebuah perencanaan, untuk mencapai tujuan yang maju, perlu dihimpun daya positive sebanyak-banyaknya.
Semakin banyak orang berpikir dan yakin, alam semesta memiliki hubungan gelombang yang saling terkait, siapa yang selalu menghimpun daya positif, akan menerima pencerahan dan perbaikan waktu hidup. Siapa yang menebar energi negative, ruang waktu tidak akan bersedia menerimanya dan hidup binasa. Singkatnya, siapa menebar, akan menuai. Akhirnya, siapa yang ingin menjadi pelaku generasi maju, cermatilah masa lalu sekedar sebagai petunjuk arah masa depan. Bagi para guru agama, barangkali akan memberi petunjuk hingga ruang waktu di akhirat, tetapi sekurangnya dengan alasan bahwa saya bukan golongan itu, maka yang lebih sederhana dan nyata, tingkatan saya hanya mencermati ruang waktu di dunia. Sekurangnya, berharap tidak ada generasi hantu yang gemar sekali menebar ketakutan dengan apa saja termasuk sejarah yang secara waktu tidak lagi ada kesesuaian di masa sekarang.
*** Ditulis Oleh: Esti Nuryani Kasam ***