
DI BAWAH MENTARI GUNUNGKIDUL, RIBUAN WARGA MUHAMMADIYAH WONOSARI HADIRI PCM & PCA MENGAJI
Gunungkidul TV – Mentari belum tinggi saat halaman Kalurahan Piyaman, Sabtu pagi (19/07/2025), mulai dipadati warga. Satu per satu datang, sebagian beriringan keluarga, sebagian lagi dalam rombongan kecil dari ranting-ranting Muhammadiyah se-Kapanewon Wonosari. Tak sekadar menghadiri pengajian, mereka datang membawa semangat silaturahmi, mengaji, dan berbagi dalam kebersamaan.
Empat ribuan warga berkumpul pagi ini, Sabtu (19/07/2025) dalam sebuah agenda bertajuk PCM dan PCA Wonosari Mengaji. Di tengah semarak dan tenda-tenda kecil yang menaungi keramaian, hadir seorang ulama dengan tutur yang hangat dan khas: Ustadz KH Sabaryanto dari Trucuk, Klaten.
Dengan suara yang tenang namun tegas, beliau menyampaikan pesan-pesan mendalam tentang pentingnya menyatukan iman, ilmu, dan amal. Tak sekadar mengajak berpikir, tausiyah beliau mengajak para hadirin merenung – bahwa hidup bahagia dan penuh keberkahan tak lahir dari satu unsur saja, tapi dari perpaduan ketiganya. “Iman tanpa ilmu bisa menyesatkan, ilmu tanpa iman tak membawa barokah, dan amal tanpa keduanya bisa jadi sia-sia,” ucapnya, disambut anggukan penuh paham dari jamaah yang duduk beralas tikar di halaman.
Sesekali suasana mencair, Ustadz Sabaryanto menyisipkan humor-humor ringan, khas pesantren, yang mengundang gelak tawa para hadirin. Tak membuat ceramahnya kehilangan esensi, justru menjadikannya lebih menyentuh dan membumi. Namun pagi itu bukan hanya milik yang datang untuk mengaji. Di sudut lain halaman, tim medis PKU Muhammadiyah Wonosari membuka layanan pemeriksaan kesehatan gratis. Warga yang lebih sepuh terlihat antusias memeriksa tekanan darah dan kadar gula darah, sementara anak-anak menunggu giliran dengan mata berbinar. Dan di deretan meja panjang di sisi lain lapangan, tampak deretan produk lokal dari berbagai UMKM PRA se-Kapanewon Wonosari. Dari camilan khas rumahan, minuman herbal, hingga produk kerajinan tangan semua menunjukkan geliat ekonomi warga yang turut tumbuh bersama dakwah.
Pengajian ini bagi sebagian orang, mungkin hanyalah rutinitas. Tapi bagi warga Muhammadiyah Wonosari pagi itu, ia menjelma ruang untuk menyatukan antara ilmu dan amal, antara spiritualitas dan aksi nyata. Sebuah bukti bahwa dakwah tak harus megah, cukup tulus dan menyentuh.
Dan saat siang mulai menjelang, jamaah mulai beranjak pulang. Tapi pancaran semangat dari raut wajah mereka menunjukkan bahwa yang dibawa pulang bukan sekadar catatan ceramah atau barang belanjaan UMKM tapi semangat baru untuk terus menjadi manusia yang beriman, berilmu, dan beramal. (Red)