KALURAHAN SEMOYO GUNUNGKIDUL 145 TAHUN MENITI ZAMAN, DARI POHON SEMLOWO HINGGA HARMONI DESA WISATA DAN BUDAYA

Gunungkidul TV – Waktu seolah berputar pelan ketika kita menapaki jalan-jalan di Kalurahan Semoyo, sebuah wilayah yang telah menua dalam kematangan, namun tetap muda dalam semangatnya. Tahun 2025 ini, Kalurahan Semoyo merayakan hari jadinya yang ke-145, menandai jejak panjang perjalanan sejak pertama kali tercatat pada 16 Januari 1870.

Dahulu kala, di tanah yang kini menjadi rumah bagi lebih dari 2.700 jiwa ini, tumbuh sebuah pohon besar bernama Semlowo. Dari cerita turun-temurun, pohon inilah yang menginspirasi nama Semoyo. Meskipun pohon itu kini tinggal kenangan, namanya tetap lestari menjadi identitas Kalurahan yang berada di wilayah Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul ini.

Dari Wewengkon Abdi Dalem ke Wilayah yang Berkembang

Menurut catatan sejarah dari tim bentukan kalurahan, wilayah Semoyo dulu merupakan bagian dari Mataram Pleret dan merupakan tanah wewenang untuk abdi dalem Raden Ngabei Kerto Dongso. Tahun 1870 menjadi tonggak penting ketika Kertodinomo diangkat sebagai lurah pertama. Sejak saat itu, struktur pamong desa mulai dibentuk dengan restu kerajaan, dan Semoyo resmi menjadi bagian dari sejarah panjang pemerintahan lokal di tanah Jawa.

Kini, Kalurahan Semoyo terdiri dari lima padukuhan yakni Padukuhan Brambang, Salak, Wonosari, Semoyo, dan Pugeran, dengan struktur sosial meliputi 5 RW dan 24 RT, menaungi 970 kepala keluarga yang hidup berdampingan dalam keberagaman potensi dan kekayaan budaya.

Potensi Wisata Di Antara Alam, Sejarah, dan Rasa

Dalam satu tarikan napas, Kalurahan Semoyo Gunungkidul menawarkan beragam destinasi wisata yang menyatu dengan alam dan nilai-nilai lokal. Rest Area dan Wisata Kuliner Hermoyo (Herbal Semoyo) menjadi titik perhentian favorit, menyajikan sajian alami yang menyehatkan sekaligus memanjakan lidah.

Wisata alamnya pun memesona seperti Grigak yang alami dan sejuk, Gardu Pandang Songsolot tempat menyaksikan cakrawala membentang, Susur Sungai Watu Pecah yang menawarkan sensasi petualangan, hingga Watu Abang, Watu Joglo, dan situs spiritual Petilasan Mbah Jonggrang yang menyimpan kisah mistis dan sejarah.

Budaya dan Seni, Suara Hati Warga Semoyo

Budaya di Kalurahan Semoyo bukan sekadar tontonan, melainkan jantung kehidupan. Setiap denting karawitan, hentakan jathilan, hingga syair sholawatan Jawa dan hadroh, adalah napas kolektif masyarakat yang terus dijaga. Tak ketinggalan, tradisi Ronda Tek-Tek, Gejog Lesung, hingga Ketoprak menjadi sarana hiburan rakyat yang merakyat.

UMKM dan Kegiatan Sosial, Kalurahan Semoyo yang Produktif

Kreativitas warga tampak dari geliat UMKM, dengan produk-produk unggulan seperti keripik pisang, wedang uwuh, minuman herbal, minyak asili, hingga batik cap yang mengusung kekhasan lokal. Tak hanya itu, peran Kelompok Wanita Tani (KWT) patut diapresiasi. Mereka aktif mengolah brambang, sayuran, dan aneka produk hortikultura. Pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna pun tak ketinggalan dengan semangatnya, baik di bidang olahraga seperti voli maupun sebagai petani milenial yang adaptif dan kreatif.

Para ibu-ibu PKK dari tingkat padukuhan hingga kalurahan, serta kelompok lansia, juga memainkan peran penting dalam membangun kesejahteraan sosial dan kesehatan warga.

Menuju Masa Depan, Harmoni Tradisi dan Inovasi

Di usia 145 tahun, Semoyo bukan sekadar wilayah administratif. Ia adalah ruang hidup, ruang tumbuh, dan ruang berkarya. Sebuah kalurahan yang mampu merawat warisan leluhur sambil melangkah mantap ke masa depan.

Selamat hari jadi Kalurahan Semoyo ke 145 tahun. Semoga semangat pohon Semlowo tetap tumbuh dalam setiap hati warganya berakar dalam tradisi, bertunas dalam inovasi. (Red)

__Terbit pada
Agustus 6, 2025
__Kategori
News