
MENYIBAK DENAH KRATON PLERED, JEJAK KEMEGAHAN MATARAM ISLAM DI ERA AMANGKURAT I
Gunungkidul TV – Pernahkah kita membayangkan bagaimana sebuah kraton berdiri megah di tengah lanskap Jawa abad ke-17, dikelilingi perbukitan, danau, serta kehidupan rakyat yang menyatu dengan denyut sejarah? Gambaran itu terwujud dalam Kraton Plered, pusat pemerintahan Mataram Islam pada masa Raja Amangkurat I (1646–1677).
Kraton ini bukan sekadar bangunan istana. Ia adalah representasi kebesaran politik, spiritualitas, dan budaya Jawa yang saling berpadu dalam harmoni. Denah tata ruangnya mencerminkan filosofi Jawa, di mana setiap sudut memiliki fungsi sekaligus makna simbolis.
Masjid Gede dan Alun-alun: Pusat Spiritualitas dan Rakyat
Di sisi barat kraton berdiri Masjid Gede Plered, tempat para ulama, prajurit, hingga rakyat jelata bersama-sama menundukkan kepala dalam doa. Masjid ini menjadi simbol persatuan, bahwa kekuasaan raja tak terpisah dari kehidupan religius masyarakatnya.
Tak jauh dari sana, membentang Alun-alun Plered, ruang terbuka luas yang kala itu menjadi saksi berbagai peristiwa: pesta rakyat, upacara kerajaan, hingga forum pertemuan antar bangsawan. Alun-alun adalah wajah egaliter kerajaan, di mana raja dan rakyat berbaur dalam sebuah panggung kebersamaan.
Jantung Kraton dan Keputren
Memasuki bagian dalam, tampak Kraton Plered berdiri kokoh sebagai pusat pemerintahan. Dari sinilah Amangkurat I mengendalikan roda kerajaan yang membentang luas di tanah Jawa.
Di sampingnya terdapat Keputren, hunian keluarga raja. Suasananya lebih hening dan privat, menggambarkan kehidupan batiniah yang berdampingan dengan hiruk pikuk politik kerajaan.
Segarayasa dan Bukit Penjaga
Yang tak kalah menawan adalah Segarayasa, danau luas di sisi timur kraton. Bagi masyarakat saat itu, danau bukan hanya pemanis pemandangan, melainkan juga strategi pertahanan. Airnya yang biru seolah memeluk kraton, menjadi benteng alami dari ancaman luar.
Dari kejauhan, berdiri kokoh Redi Kelir dan Redi Permoni (Rasaman), gugusan perbukitan yang menjadi saksi bisu kejayaan Mataram. Kehadirannya tak hanya memperindah panorama, tetapi juga melambangkan penjaga ketentraman kerajaan.
Warisan Sejarah yang Perlu Dijaga
Kraton Plered hari ini memang tinggal jejak dan kisah, namun ia tetap menjadi bagian penting dari narasi sejarah Nusantara. Denah dan tata ruangnya mengajarkan bahwa sebuah kerajaan tak hanya dibangun dengan kekuasaan, tetapi juga dengan filosofi, budaya, dan strategi pertahanan yang matang.
Sejarah adalah warisan bersama. Jika dalam penuturan ini masih terdapat kekeliruan dalam tata letak atau kisah Kraton Plered, sudah sepatutnya kita luruskan bersama. Sebab menjaga kebenaran sejarah sama halnya dengan merawat jati diri bangsa. (Red/Disarikan dari berbagai sumber)