
PEPARDA IV DIY 2025, GUNUNGKIDUL SALIP KULON PROGO DI KLASEMEN KEEMPAT, SLEMAN KOKOH DI PUNCAK
Gunungkidul TV – Ajang Pekan Paralimpik Daerah (Peparda) IV DIY 2025 benar-benar menjadi panggung semangat tanpa batas. Deretan angka perolehan medali bukan sekadar data, melainkan cerita tentang kerja keras, tumpahan keringat, dan tekad para atlet difabel yang berjuang untuk daerahnya.
Hingga Kamis malam (28/8/2025) pukul 19.51 WIB, Kontingen Tuan Rumah Kabupaten Gunungkidul berhasil menorehkan 66 medali. Dari jumlah itu, 29 di antaranya adalah medali emas, disusul 13 perak, dan 24 perunggu. Capaian ini menjadi bukti bahwa Gunungkidul kian percaya diri dalam persaingan olahraga difabel tingkat DIY.
Namun di atas semua kontingen, Sleman masih menjadi raja klasemen dengan torehan fantastis: 201 medali terdiri dari 62 emas, 73 perak, dan 66 perunggu. Keperkasaan Sleman membuatnya sulit dikejar, setidaknya hingga hari ini. Posisi kedua ditempati Kota Yogyakarta dengan koleksi 80 medali. Menariknya, Kota Yogya unggul di sektor emas dengan 32 keping, ditambah 22 perak dan 22 perunggu. Sementara Bantul harus puas di posisi ketiga dengan 109 medali (36 emas, 40 perak, dan 37 perunggu). Meski unggul secara jumlah, posisi Bantul tergeser karena Kota Yogyakarta lebih banyak mengoleksi emas. Adapun Kulon Progo menutup klasemen dengan 77 medali: 23 emas, 26 perak, dan 28 perunggu.
Dari data ini terlihat betapa ketatnya perebutan posisi dua hingga empat. Gunungkidul dengan 29 emas masih punya peluang memperbaiki peringkat, asalkan konsistensi terjaga hingga partai-partai terakhir. Lebih dari sekadar klasemen, atmosfer Peparda tahun ini memberi energi positif. Setiap pertandingan adalah drama inspiratif tentang keberanian, keteguhan, dan keyakinan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk mengukir prestasi.
Seperti kata seorang pelatih Gunungkidul usai menyaksikan anak asuhnya meraih emas di cabang atletik, “Kami tidak sekadar mengejar medali, tapi ingin menunjukkan bahwa semangat juang tidak pernah mengenal batas.”
Dengan sisa laga yang masih berlangsung, publik Gunungkidul menaruh harapan besar. Siapa tahu, semangat juang itu bisa menghadirkan kejutan manis di akhir klasemen. Karena di arena Peparda, yang abadi bukan hanya angka, tapi juga cerita perjuangan yang menginspirasi banyak orang. (Red/Imuhar)