RUMPUT TETANGGA LEBIH HIJAU? LEBIH BAIK PELAN TAPI PASTI, MENJEMPUT REZEKI TANPA PANIK

Gunungkidul TV – Di tengah deru zaman yang memburu cepat, kita sering tergoda membandingkan hidup sendiri dengan cerita orang lain. Menengok media sosial, membaca kisah sukses, atau sekadar memandang tetangga rumput mereka selalu tampak lebih hijau. Padahal, bila kita sabar merawat halaman sendiri, daun-daun pun bisa rindang, bahkan sejuk menaungi.

Tulisan ini bukan sekadar pengingat untuk bersyukur, tetapi ajakan penuh harap agar kita berdamai dengan ritme rezeki yang lambat. Sebab tidak semua keberhasilan datang tergesa. Sebagian justru tumbuh dalam diam dipupuk keikhlasan, disiram istikamah, dan dipayungi doa.

Rezeki: Tak Selalu Setara, Tapi Selalu Tepat

Rasa gundah sering kali lahir dari ilusi perbandingan. Kita mengira bahwa rezeki mestinya dibagi rata, padahal Allah dengan bijak menetapkan porsinya masing-masing:

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ

“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya…“ (QS Ar-Ra‘du: 26)

Ayat ini menenangkan: ukuran Allah tak pernah salah. Bahkan, meski tak selalu sesuai logika kita, kehendak-Nya pasti memuat hikmah.

Kecil di Mata, Besar di Langit

Satu piring nasi hangat yang kita suguhkan untuk keluarga, meski tanpa lauk mewah, bisa menjadi amal yang berat timbangannya—asal niatnya tulus:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

“Segala amal bergantung pada niat.“ (HR Bukhari)

Inilah keindahan Islam: yang dilihat bukan mewahnya sajian, melainkan ketulusan dalam menyajikannya. Harapan kita bukan sekadar bertahan hidup, tapi melangkah dengan ikhtiar dan iman.

Burung Tak Menunggu Rezeki di Sarang

Rasulullah ﷺ memberi gambaran sederhana tapi dalam “Seandainya kalian bertawakal dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian diberi rezeki sebagaimana burung: pergi pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore kenyang.“ (HR Tirmidzi)

Burung tidak memiliki simpanan beras, tidak tahu hasil hari itu, namun tetap terbang dengan harap. Rahasianya? Usaha digerakkan, hati diserahkan.

Lima Langkah Pelan Menuju Kepastian

1. Mulai Hari dengan Syukur

Allah berjanji:

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku tambahkan.“ (QS Ibrahim: 7)

Syukur bukan hanya ucapan, tapi cara pandang. Bahkan dompet tipis bisa memunculkan syukur jika kita lihat dengan mata iman.

2. Jaga Kesucian Pekerjaan

Pendapatan halal mungkin tidak banyak, tetapi berkahnya membuatnya cukup—ibarat air telaga yang jernih meski tidak deras. “Sesungguhnya Allah Mahabaik dan hanya menerima yang baik.“ (HR Muslim)

3. Tetapkan Target Realistis dan Konsisten

Menabung seribu rupiah sehari lebih bermanfaat daripada menunggu bisa menabung sejuta. “Amal paling dicintai Allah adalah yang terus menerus meski sedikit.“ (HR Bukhari)

4. Perbanyak Istighfar

Istighfar bukan hanya untuk pengampunan, tapi pembuka pintu rezeki. “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu… niscaya Dia menurunkan hujan berkucuran.“ (QS Nuh: 10–11)

5. Jalin Silaturahim

Mungkin bukan uang yang kita terima dari silaturahim, tapi kabar, peluang, atau bantuan tak terduga. “Barang siapa ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah menyambung tali silaturahim.“ (HR Bukhari)

Sedekah Saat Dompet Tipis? Justru Itu Kuncinya

Allah menggambarkan sedekah seperti menanam benih:

كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ

“Seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir…“ (QS Al-Baqarah: 261)

Sedekah bukan mengurangi. Ia melipatgandakan kadang bukan dalam bentuk uang, tapi dalam kesehatan, keselamatan, atau doa dari orang yang terbantu.

Tujuan Utama adalah Cinta-NYA

Jika cinta-Nya adalah tujuan kita, maka tak ada langkah yang sia-sia. Setiap senyum anak, setiap peluh di dahi, setiap rupiah yang kita sisihkan, bisa jadi jalan ke surga. Doa Nabi Dawud عليه السلام menjadi penutup yang indah “Ya Allah, aku memohon cinta-Mu, cinta orang yang mencintai-Mu, dan amal yang menyampaikan aku kepada cinta-Mu.“ (HR Tirmidzi)

Akhirnya…

Rezeki memang tak selalu datang cepat. Tapi saat ia datang dengan berkah, hati pun tenang. Maka jangan gentar bila hidup berjalan pelan asal arah kita benar, kita pasti sampai. Semoga setiap helaan napas saat mencari nafkah menjadi tasbih yang meringankan timbangan amal. Dan semoga senyum keluarga kita tak hanya bertahan di dunia, tetapi bersinar kembali di surga, tempat rezeki tak berbatas dan bahagia tak pernah habis. Aaamiin.

Ditulis oleh: Dwi Taufan Hidayat

 

__Terbit pada
Agustus 3, 2025
__Kategori
Ragam