
SITUS CANDI PULUTAN GUNUNGKIDUL, HARTA KARUN ARKEOLOGI DI BUMI HANDAYANI
Gunungkidul TV – Di balik bukit-bukit kapur yang tandus dan berwarna putih pucat di Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, tersimpan kisah masa lampau yang tak banyak orang tahu. Warga sekitar biasa menyebutnya Situs Butuh, namun kini lebih dikenal sebagai Situs Pulutan jejak sebuah candi berlatar belakang Hindu yang menjadi bukti langka peradaban klasik di tanah kering selatan Yogyakarta ini.
Sekilas, kawasan ini tampak biasa saja hamparan tegalan dengan pohon jati yang tegak di atas tanah berkapur, diapit jalan kampung, makam, sungai, dan pemukiman penduduk. Namun siapa sangka, di balik keteduhan itu berdiri sisa-sisa candi berukuran mungil hanya sekitar 5,5 x 5,5 meter yang pernah menjadi pusat ritual keagamaan pada masanya.

Sejak pertama kali diinventarisasi oleh BPCB DIY (dulu Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala) pada tahun 1986 dengan nomor D 103, situs ini memang baru sebatas catatan. Barulah pada tahun 2012, ekskavasi penyelamatan yang dilakukan oleh para arkeolog benar-benar membuka tabir blok-blok batu putih tersusun rapi dengan sistem takikan, sisa pintu dan tangga di sisi timur, lingga semu di titik pusat (brahmasthana), serta arca Agastya dan Ganesa yang menghadap ke barat. Semua detail ini membentuk potongan cerita tentang sebuah candi Hindu sederhana di tengah tanah kapur Gunungkidul.
Yang menarik, di bagian tengah struktur candi ditemukan sumuran berbentuk persegi. Pondasi candinya memanfaatkan bedrock asli yang dipadatkan dengan tatal batu dan koral teknik cut and fill yang menunjukkan kepiawaian para pembangunnya. Lapisan tanahnya pun unik: tuff, lempung lanauan, dan lempung di bagian luar; sementara bagian dalam diisi tuff untuk memadatkan struktur. Temuan-temuan ini memberi gambaran bahwa meski dibangun di lahan keras dan kering, para leluhur mampu menghadirkan konstruksi yang cermat.
Di Gunungkidul sendiri, peninggalan cagar budaya dari masa klasik jumlahnya sangat sedikit. Itulah mengapa Situs Pulutan menjadi begitu penting: bukan hanya sebagai bukti sejarah, tetapi juga inspirasi tentang daya tahan dan kreativitas manusia di tengah keterbatasan alam.
Hari ini, situs itu berdiri tenang di antara pepohonan jati dan tanah kapur yang panas, seakan menunggu generasi baru untuk datang, belajar, dan menjaga warisan ini. Di balik kesederhanaannya, Situs Pulutan mengingatkan kita bahwa peradaban pernah bersemi bahkan di tempat yang tak terbayangkan. Sebuah harta karun budaya yang patut dirawat, agar cerita tentang candi batu putih di tanah kapur Gunungkidul ini tak hilang ditelan waktu. (Red/Disarikan dari berbagai sumber)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.