
SITUS KEPIL MULO GUNUNGKIDUL SUMUR SAKRAL, JEJAK PRASEJARAH, DAN WARISAN BUDAYA YANG TERJAGA
Gunungkidul TV – Di balik lanskap perbukitan kapur yang tenang di Kalurahan Mulo, Kapanewon Wonosari, tersimpan sebuah cerita yang telah hidup selama berabad-abad.
Cerita itu berpusat pada Sumur Kepil, sumber mata air yang tak pernah kering sejak zaman leluhur. Bagi warga setempat, sumur ini bukan sekadar penyuplai kehidupan, tetapi juga pusat tradisi adat yang sakral dan mengikat mereka dengan sejarah panjang Gunungkidul.

Tradisi Aum Sumur Kepil: Ritus Syukur dan Silaturahmi
Setiap Jumat Kliwon, suasana di sekitar Sumur Kepil berubah menjadi semarak. Warga berkumpul untuk melaksanakan Aum Sumur Kepil, ritual tahunan yang diwariskan turun-temurun. Prosesi ini dimulai dengan doa bersama dan kenduri, dilanjutkan pemotongan hewan kurban, lalu ditutup dengan makan bersama.
Tak hanya simbol syukur atas berkah air dan kesuburan tanah, tradisi ini juga mempererat persaudaraan warga dan menjadi momentum menyambut musim tanam. Anak-anak, remaja, hingga sesepuh hadir membawa makanan khas, sementara alunan doa dan aroma masakan tradisional mengiringi prosesi.
Jejak Prasejarah: Gua, Artefak, dan Emas di Hutan Mulo
Mulo bukan hanya rumah bagi Sumur Kepil. Kawasan ini menyimpan jejak prasejarah yang kaya. Di antaranya Gua Ngingrong, yang kini menjadi bagian dari Geosite Gunungsewu UNESCO Global Geopark. Gua ini menyimpan bentang alam karst yang memesona sekaligus petunjuk keberadaan manusia purba di masa lampau.
Di sekitarnya, peneliti menemukan berbagai artefak: pecahan gerabah, manik-manik, hingga benda perhiasan. Penemuan paling menghebohkan terjadi pada 2023, ketika warga menemukan perhiasan emas kuno di hutan Mulo. Meski proses penelitiannya masih berlangsung, temuan ini menguatkan keyakinan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat aktivitas penting pada masa prasejarah.
Warisan yang Hidup, Identitas yang Terjaga
Keberadaan Sumur Kepil, Gua Ngingrong, dan berbagai peninggalan purbakala lain menjadikan Mulo sebagai mosaik sejarah, budaya, dan alam Gunungkidul. Warga bersama pemerintah kalurahan, pegiat budaya, dan lembaga penelitian kini bergandengan tangan menjaga warisan ini. Upaya konservasi dilakukan bukan hanya untuk kepentingan wisata, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap identitas dan nilai-nilai luhur leluhur. “Sumur Kepil bukan hanya air, tapi juga cerita. Tradisi Aum Sumur adalah cara kami merawat ingatan,” ujar salah seorang tokoh masyarakat Mulo. Kata-kata itu menegaskan bahwa pelestarian situs budaya bukan hanya urusan pemerintah atau akademisi, tetapi juga komitmen kolektif warga.

Mulo Hari Ini dan Esok
Kini, Mulo tak hanya menjadi destinasi wisata alam yang eksotis, tetapi juga magnet wisata budaya dan sejarah. Para pelancong bisa menyusuri Gua Ngingrong, belajar tentang tradisi Aum Sumur, atau sekadar merasakan kesejukan Sumur Kepil. Di tengah modernisasi, kawasan ini terus berusaha menjaga keseimbangan antara pelestarian dan pengembangan wisata.
Dari air yang tak pernah kering hingga jejak prasejarah yang terus terungkap, Mulo adalah contoh nyata bagaimana sebuah desa dapat menjadi penjaga sejarah yang hidup. Di sini, masa lalu bukan hanya dikenang, tetapi juga dihidupkan kembali, mengalir bersama mata air Sumur Kepil yang tak pernah berhenti. (Red)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.