
SUKSESKAN FKY DIY 2025 DI GUNUNGKIDUL, DINAS KEBUDAYAAN DIY ADAKAN KOMPETISI PANJI DESA. SEGERA DAFTAR LUUR
Gunungkidul TV – Kabupaten Gunungkidul kembali bersolek. Bukan hanya lewat gemerlap panggung seni, tetapi juga melalui simbol-simbol kebudayaan yang lahir dari desa-desa. Dalam rangkaian Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025, Dinas Kebudayaan DIY menghadirkan sebuah ajang unik Kompetisi Panji Desa.
Bukan sekadar lomba membuat bendera, Panji Desa mengajak masyarakat untuk merenungi identitas mereka. Setiap desa diberi ruang untuk merangkai sejarah, tradisi, hingga cita-cita kolektif dalam bentuk simbol visual yang tercermin pada logo, warna, dan slogan. Panji kemudian menjadi lebih dari sekadar kain yang berkibar ia adalah narasi, arsip budaya, sekaligus pernyataan jati diri.
Tema Ngelmu Watu, Belajar dari Batu Gunungkidul
Tahun ini, kompetisi mengusung tema Ngelmu Watu. Batu / watu diibaratkan sebagai guru kehidupan. Gunungkidul, dengan lanskap karst dan bukit kapurnya, mengajarkan tentang keteguhan, ketahanan, sekaligus daya hidup. Dalam kearifan lokal, ngelmu watu bukan hanya ilmu tentang batu, melainkan kebijaksanaan dalam membaca alam, merawat lingkungan, dan memahami relasi manusia dengan tanah tempat ia berpijak. Dari batu pula, masyarakat Gunungkidul belajar bagaimana bertahan dalam keterbatasan sekaligus melahirkan kreativitas tanpa henti.
Melalui Panji Desa, setiap komunitas diajak menyusun simbol mereka sendiri, apa yang menjadi ciri khas desa, bagaimana sejarah diwariskan, hingga bagaimana masa depan dibayangkan. Panji bukan sekadar karya seni, melainkan refleksi kolektif tentang siapa mereka sebagai masyarakat Gunungkidul.
Proses Kreatif: Dari Desa ke Panggung Utama
Kompetisi ini terbuka bagi karang taruna, komunitas seni, maupun kelompok kreatif di Gunungkidul. Mereka akan merancang panji sesuai tema, lalu mewujudkannya dalam bentuk bendera berukuran 80×120 cm. Uniknya, panji ini tidak boleh sekadar hasil cetak, tetapi harus digambar atau dilukis manual, menghadirkan sentuhan tangan yang penuh makna.
Sebanyak 60 kelompok terbaik akan dipilih untuk menerima subsidi Rp. 500.000 guna mendukung proses pembuatan panji. Seluruh panji peserta kemudian akan tampil di venue utama FKY 2025, sekaligus ikut meramaikan Pawai Pembukaan pada 11 Oktober mendatang. Bisa dibayangkan, puluhan panji desa berkibar serentak, memvisualkan keragaman narasi Gunungkidul dalam satu helaan angin budaya.
Hadiah, Penilaian, dan Momen Puncak
Dewan juri yang terdiri dari seniman, akademisi, hingga budayawan akan menilai berdasarkan kesesuaian tema, orisinalitas, serta teknik visual. Pemenang berhak membawa pulang hadiah:
- Juara 1 Rp3.500.000 + piala + sertifikat
- Juara 2 Rp2.500.000 + piala + sertifikat
- Juara 3 Rp1.500.000 + piala + sertifikat
- Juara Favorit Rp1.000.000
Semua nominasi akan menerima sertifikat apresiasi. Para juara akan diumumkan dalam Closing Ceremony FKY 2025 di Gunungkidul, menjadi bagian dari pesta budaya terbesar di Yogyakarta tahun ini.
Menyatukan Identitas Lewat Kreativitas
Lebih dari sekadar kompetisi, Panji Desa adalah ruang bagi masyarakat untuk merayakan identitas sekaligus mengarsipkan nilai-nilai yang mungkin tergerus zaman. Dari sini, Gunungkidul bukan hanya dikenal karena batu kapurnya, tetapi juga karena keteguhan masyarakatnya dalam menjaga budaya.
Dan pada akhirnya, lewat panji yang berkibar di langit Gunungkidul, kita diajak untuk melihat desa bukan hanya sebagai ruang administratif, melainkan sebagai rumah bersama yang penuh makna, cerita, dan harapan. Info selengkapnya check di sini (Red)