Gambar: ilustrasi contoh unggah-ungguh

Ketika Subasita Tidak Menjadi Fokus Utama Pendidik dan Keluarga Besar Sekolah

Gambar: ilustrasi contoh unggah-ungguh
Gambar: ilustrasi contoh unggah-ungguh

Gunungkidul TV Unggah ungguh memang tidak hanya berhenti di teori saja apalagi jika kita melihatnya sebagai salah satu aspek pendidikan karakter. Pendidikan karakter selain sebagai kewajiban orang tua yang merupakan pendidik pertama seorang anak, pendidik di sekolah yang kemudian dikenal dengan nama guru dan keluarga besar sekolah juga menjadi peran penting pembiasaan pendidikan karakter ini.

Keluarga besar sekolah yang penulis maksud adalah dari kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, security, penjaga kantin, teman sebayanya, dan penjaga malam sekolah sekalipun.

Di lingkungan sekolah inilah “unggah-ungguh” mulai dibiasakan, tidak hanya berhenti di pembelajaran teori belaka. Terkadang karena fokus pada prestasi pendidikan, kewajiban dalam mengajar dan tugas kewajiban lainnya, pendidik dan keluarga besar sekolah ini lupa dengan pembiasaan unggah-ungguh / subasito.

Efek dari hilangnya pembiasaan Unggah-ungguh

Jika unggah-ungguh ini sudah tidak menjadi fokus utama, maka pelajar di sekolah itu akan lupa bagaimana memosisikan diri terhadap orang lain khususnya ke orang yang lebih dewasa. Efek konkritnya adalah teman-teman pelajar sudah tidak mempunyai etika lagi, misalkan membisu padahal di sekitarnya ada orang, khususnya yang lebiu dewasa dengan dirinya. Selain itu penggunaan tata bahasanya tidak sesuai dengan tempatnya, misalkan: senang misuh, lupa cara berkomunikasi dengan orang yang lebih dewasa dengan dirinya, dan masih banyak lagi lainnya yang kita sudah paham dengan kondisi sekarang.

Solusinya?

Penulis menulis tiga cara efektif untuk solusi bagaimana kita menanggulangi dan meminimalisirnya

1. Untuk orang dewasa: bagi kita yang bukan berprofesi sebagai pendidik ataupun keluarga besar sekolah, dapat dengan memberikan contoh yang baik bagaiamana cara subasito yang baik. Karena memang satu contoh (praktek) lebih baik dan mujarab daripada seribu nasehat.

2. Bagi pendidik: sudah jelas solusinya adalah membiasakan kembali ke anak didiknya untuk memberikan unggah-ungguh (subasito) kepada orang yang lebih dewasa, tentunya dibarengi dengan mempraktekan langsung.

3. Teman sebaya: solusi ketiga ini sering kita sepelekan dan melupakannya. Ternyata kita sebagai teman sebaya sering lupa saling mengingatkan diantara kita. Caranya adalah mari kita saling mengingatkan dan saling memberikan contoh yang baik bagaimana cara subasito (unggah-ungguh) yang baik dan benar.

Penulis:
Immawan Muhammad Arif (Direktur Gunungkidul TV)

Simak juga Gunungkidul TV di
Fanspage Facebook (klik di sini)
Akun Instagram (klik di sini)
Akun Twitter (klik di sini)
Google Map Gunungkidul TV (Studio Wonosari klik di sini Kantor Administrasi klik sini).

Kantor Redaksi Gunungkidul TV
Dusun Karangduwet I, Rt. 16/07 Desa Karangrejek Wonosari Gunungkidul DIY.
Telp. (0274) 2910840. WA/sms. 0817273158. Email: gunungkidultv@gmail.com

Comments

comments

__Terbit pada
September 29, 2018
__Kategori
News