MENGENAL ISTANA MANGKUNEGARAN

Gunungkidul TV – Sebagian Kabupaten Gunungkidul sisi utara dahulu termasuk bagian dari Kerajaan Mangkunegaran, maka kurang afdhol jika kita tidak kenalan dengan Mangkunegaran. Kali ini kita akan membahas tentang Istana Mangkunegaran.

Istana Mangkunegaran Terletak di Jalan Ronggowarsito no.83 Surakarta dan didirikan pada tahun 1757 dengan luas lebih kurang 10 Hektar, dengan 3 Bangunan Utama. Yakni Pendopo Ageng, Paringatan, dan Ndalem Ageng. Selain bangunan utama terdapat bangunan lain, diantaranya Pura Karti, Gedong Wireng, Gedong Tari, Bale Warni, Kaputren, Petanen, Ndalem Sentong, Bale Kencur, dan ruangan-ruangan lainnya. Dengan ukuran 61 x 51 m Pendapa Ageng Kadipaten Mangkunegaran merupakan bangunan Joglo yang terbesar di Nusantara. Menurut Pengakuan Dari Pihak Mangkunegaran Bangunan Ini Dapat Menampung Hingga 1000 Orang.

Ketika hendak memasuki Pendapa Ageng kita akan disambut patung 4 ekor singa pada bagian depan, sedangkan belakangnya juga terdapat 2 ekor patung Singa yang semuanya berwarna emas. Konon patung singa tersebut didatangkan dari Berlin dan bermakna filosofis melambangkan kekuasaan serta keperkasaan para raja maupun prajuritnya. Untuk lantainya dilapisi batuan marmer yang didatangkan langsung dari Carrara, Itali pada tahun 1866 di era KGPAA Mangkunegaran IV.

Saat memasuki Pendopo Ageng semua pengunjung diwajibkan untuk melepaskan alas kakinya (baik sandal atau sepatu), oleh karena itu pemandu mempersiapkan kantong plastik untuk membawa alas kakinya. Hal ini bermakna secara filosofis bahwa setiap orang bertamu dan memasuki wilayah orang lain maka ia harus melepaskan atau menanggalkan egonya. Terdapat banyak sekali lampu gantung menghiasi langit langitnya, lampu-lampu ini dibeli dari eropa & dahulunya lampu tersebut dinyalakan hanya menggunakan lilin yang ditutupi kaca. Pada bagian tengah terdapat 4 buah saka guru atau tiang penyangga utama yang terbuat dari kayu jati yang diambil dari Hutan Danalaya Wonogiri. Tinggi masing-masing tiang adalah 10,5 meter. Namun ornamen pada tiang-tiang penyangga tergolong paling sederhana dibuktikan dengan absennya ukiran-ukiran lhas Kerajaan Mataram Pada umumnya, hal Ini melambangkan sikap kesederhanaan dari pendirinya yaitu Pangeran Sambernyawa.

Kemudian pada bagian tengah terdapat marmer dengan ukuran paling kecil yang merupakan titik pusat dari Pendapa Ageng tersebut. Jika kita berdiri pada titik tengah tersebut lalu memandang lurus kedepan maka akan terlihat jelas kolam air mancur serta pintu gerbang utama. Lalu jika kita berbalik menghadap ke dalam dan melihat lurus ke depan maka akan terlihat singgasana Raja. Ini merupakan makna filosofis bahwa seorang Raja harus mampu melihat apa yang terjadi baik di dalam ataupun di luar istana.

Pada sisi joglo sebelah timur terdapat gamelan yang disebut Kyai Seton dan hanya dimainkan setiap Hari Sabtu, sedangkan pada sisi barat juga terdapat gamelan dan hanya dimainkan pada saat upacara tertentu.

Istana Mangkunegaran memiliki banyak koleksi alat musik tradisional yang berusia ratusan tahun. Pada Bulan Puasa Ramadhan amelan – gamelan yang ada di Pura Mangkunegaran tidak dimainkan melainkan justru dibersihkan. Berbeda dengan tradisi membersihkan benda pusaka Lainnya yang dilakukan pada malam 1 Muharam. Hal bermakna bahwa Bulan Ramadhan adalah saatnya untuk membersihkan atau menyucikan Diri.

Setelah kompleks bangunan utama Pendopo Ageng kita akan menuju kompleks bangunan kedua yaitu Paringgitan. Kedua bangunan ini dipisahkan oleh Paretan Yang merupakan jalur untuk kereta atau mobil saat ini untuk mempermudah mobilitas Sang Raja maupun Tamu Negara. Pada bagian depan Gedung Paringgitan terdapat lambang Mangkunegaran Dengan simbol padi dan kapas, tulisan MN, serta Tahun 1866 (Tahun renovasi Mangkunegaran IV).

Di Depan Pringgitan Terdapat 2 patung wanita yang membawa vas bunga diatas kepala, sedangkan mengijak ke dalam terdapat 2 patung wanita lagi membawa bejana di atas kepala. Ini melambangkan keanggunan, kesetiaan, serta kesetaraan bagi para abdi dalem dari kaum wanita.

Di dalam Bale Ageng terdapat ribuan macam koleksi peninggalan bersejarah serta benda pusaka yang disakralkan dan dijaga keasliannya. Pengunjung boleh masuk dan melihat koleksi tersebut namun tidak diperkenankan untuk mengambil gambar maupun video di sini.

Selanjutnya adalah Bale Warni yang terletak pada sisi barat Bale Ageng sebagai tempat tinggal & keseharian keluarga kerajaan. Terdapat pula Taman Kaputren serta ruang Pracimayasa Untuk menjamu tamu Keluarga Kerajaan. Gedong Pracimayasa Ini terbilang unik karena berbentuk segi 8, Ini menyebabkan bangunan ini tidak memiliki pilar penyangga pada bagian tengah sehingga membuat ruangan di dalamnya terasa lega dan luas karena tidak terganggu oleh tiang penyangga. Perancang bangunan ini adalah Ir. Thomas Karsten yang nerupakan arsitek yang sama pada Pasar Gede dan Stasiun Balapan Solo.

Di sebelah ruang tamu terdapat ruang makan yang digunakan untuk menjamu para tamu kerajaan, di dalam ruang makan ini terdapat Gading Gajah yang berasal dari Filipina & diukir oleh salah satu seniman Bali. Plavon ruang makan ini terbuat dari kaca, sehingga apabila kita melihat pada bagian atas maka ruangan akan terlihat lebih luas serta apabila lampu dinyalakan maka akan terlihat lebih terang sebagai akibat dari pantulan cahaya. (Subardiono/Red)

__Terbit pada
Januari 16, 2022
__Kategori
Ragam