
GARI ART FESTIVAL #8 GUNUNGKIDUL 2025 AKHIR OKTOBER AKAN DIGELAR, FESTIVAL SENI YANG MENYATU DENGAN NAPAS DESA
Gunungkidul TV – Suasana Kalurahan (desa-red) Gari, Kapanewon (kecamatan-red) Wonosari, mendadak semarak di Bulan Oktober. Bendera umbul-umbuk Podang Isep Sari khas Kabupaten Gunungkidul berkibar di tepi jalan, bale-bale bambu dan gapura tradisional dihias ornamen seni rupa.
Seperti tahun yang lalu, dari kejauhan terdengar denting gamelan berpadu dengan irama musik kontemporer. Dan di tahun ini, atmosfer Sewindu Gari Art Wonosari 2025 sebuah festival seni yang lahir dari akar budaya lokal dan kini genap berusia delapan tahun akan dirasakan yang sama.

Festival yang digagas oleh Karang Taruna Mekar Pandega Desa Gari bersama Dinas Pariwisata DIY serta jejaring komunitas seni Gunungkidul, yang akan diselenggarakan pada 24-26 Oktober 2025 mendatang di Alun-alun Kalurahan Gari. Kegiatan ini menjadi ruang temu seniman, warga, dan wisatawan yang ingin merasakan denyut kreatif Wonosari secara langsung.
Perayaan Kreativitas Tiada Batas
Berbeda dari festival seni kebanyakan, Gari Art selalu menekankan kebersamaan. Selama tiga hari, alun-alun desa disulap menjadi arena seni terbuka yakni ada pameran lukisan dan kriya berbahan lokal, pertunjukan tari tradisi dan modern, teater jalanan, instalasi seni rupa, hingga musik akustik anak muda. Semuanya digelar gratis, mengundang penonton untuk larut dalam suasana egaliter khas desa.
Tema yang diangkat tahun ini mengacu pada spirit ’Gumbregan’ tradisi syukuran panen masyarakat setempat yang diterjemahkan menjadi panggung seni lintas disiplin. Pengunjung dapat menyaksikan bagaimana nilai-nilai agraris, gotong royong, dan inovasi anak muda Gunungkidul diolah menjadi karya kreatif yang segar.
Panggung untuk Komunitas Lokal
Tak hanya seniman dari Yogyakarta, peserta festival juga berasal dari berbagai komunitas seni Gunungkidul, pelajar SMA/SMK, hingga pegiat UMKM desa. Karang Taruna Mekar Pandega berperan sebagai motor penggerak: mereka bukan hanya panitia, tetapi juga kurator ide. Dengan konsep inklusif ini, Sewindu Gari Art menjadi sarana belajar bersama, memupuk kebanggaan pada identitas desa sekaligus membuka peluang jejaring seni lebih luas. “Festival ini bukti bahwa desa punya potensi kreatif luar biasa. Warga bisa terlibat langsung, anak muda bisa berekspresi, dan wisatawan bisa melihat wajah baru Gunungkidul,” ujar salah satu panitia muda sambil menunjuk deretan stand pameran.

Menghibur, Mencerahkan, dan Menggerakkan
Bagi pengunjung, pengalaman di Sewindu Gari Art bukan sekadar menonton pertunjukan. Mereka diajak berdialog dengan seniman, mengikuti lokakarya seni tradisi, hingga menikmati kuliner khas Gunungkidul di area pasar rakyat. Semua ini diramu dengan semangat edukasi dan rekreasi.
Tak heran jika festival ini semakin ditunggu-tunggu. Bagi warga, ia adalah ruang kebanggaan. Bagi seniman, ia panggung eksperimentasi. Dan bagi wisatawan, ia jendela baru untuk melihat Gunungkidul bukan hanya sebagai destinasi pantai, melainkan juga pusat energi seni budaya.
Sewindu Gari Art Wonosari 2025 adalah contoh bagaimana seni tumbuh dari desa dan kembali menghidupi desa. Dengan perpaduan tradisi dan inovasi, festival ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mencerahkan dan menggerakkan. Dalam setiap denting gamelan dan sapuan kuas, tergambar mimpi masyarakat yang ingin menjaga budaya sambil menatap masa depan yang lebih kreatif. (Red)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.